Aku Biarkan Waktu

Time does not heal
But healing takes time

Kini aku hanya bisa terbungkam untuk bicara tentang kamu, Mars.  Atas pertanyaan orang-orang yang mengira aku masih menginginkan kamu. Mereka hanya tahu aku masih memendam perasaan kepada kamu.

Tahukah kamu Mars, mengapa aku takkan bicara tentang kamu kepada mereka? Kamu tahu mengapa aku lebih memilih untuk tersenyum dan mencoba mengalihkan arah pembicaraan bila percakapan itu sudah menuju kamu?

Aku hanya takut, Mars... Aku hanya takut apabila perasaan itu kembali mendominasi dan meraja tak terkendali ketika aku katakan kepada mereka bahwa aku masih mencintaimu.  Aku hanya takut proses penyembuhan luka ini menjadi tidak ada artinya sebab dengan begitu aku mencoba mengembalikan bayangan kamu dalam pikiranku.  Kamu pasti tahu kan, Mars, luka itu menyakitkan dan proses untuk menyembuhkannya pun butuh usaha ekstra...

Dan bila aku katakan kepada mereka bahwa aku tidak lagi menginginkanmu, lantas itu artinya aku berdusta, Mars. Sebab, jujur aku masih mengagumi kamu, bahkan mungkin aku masih memiliki sedikit harapan kepada kamu. Tapi itu cuma secuil Mars, hanya secuil harapan yang aku tahu pasti tidak akan pernah terjadi...


Gambar dari sini
Aku baru memahami Mars, bahwa aku tidak lagi memiliki kesempatan untuk bersama kamu. Kamu-Mars-iya, kamu... Kamu yang dulu pernah aku inginkan menjadi seseorang yang terbaik untuk hidupku. Kamu yang dulu seringkali aku impikan dalam malam-malam yang dingin dan gelap. Kamu yang dulu namamu sering kusebut dalam setiap aku meminta, merintih, mengadu, mengharap padaNYA...


Karena memang sejak awal aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk menjadikanmu kesempurnaan dalam hidupku...


Sejak awal saat aku bangun harapan-harapan itu, aku abaikan segala cemas yang selalu memperingati bahwa suatu saat bangunan rapuh itu akan runtuh. Aku yang kemarin cuma ingin berada diatas sana Mars, menikmati hangatnya matahari sore sesaat dengan secangkir teh panas, hanya untuk menunggu kamu datang. Aku pernah yakin suatu saat kamu datang. Bahkan aku pernah memercayai tanda-tanda alam tentang kamu Mars. Lihatlah bagaimana sombongnya aku meyakini sesuatu yang bukan menjadi otoritasku.


Kenyataannya Mars, sungguh... Tiga musim yang terlewati telah membuat bangunan itu menjadi terlalu tinggi. Dan perlahan demi perlahan aku hancurkan saat aku yakin berprasangka, bahwa kamu masih terlalu mendamba Venusmu... Aku memang terlalu rapuh, Mars... Untuk segala hal kecil yang dapat membuatku jatuh, itu adalah segala hal tentang kamu. 


Dan sekarang Mars, aku tau kenyataannya: Venusmu masih mencintaimu, Mars... Dia mengharapkanmu. Dia mengharapkanmu. Dia masih mengharapkanmu, meski aku tidak tahu apakah sama tingginya seperti aku mengharapkanmu... Kenyataan itu menghancur-leburkan bangunanku, Mars. Kini ia telah luluh lantak... Bagaimana mungkin aku menginginkan seseorang yang dicintai oleh teman baiknya sendiri?!




Sekarang aku cuma mau menyembuhkan perasaanku, Mars. Bukankah hidup harus terus berjalan?! Butuh waktu banyak pasti. Butuh usaha dan tenaga yang ekstra pula. Aku akan selalu coba untuk membuang satu demi satu keping harapan tentangmu yang masih aku simpan... Aku biarkan waktu, aku akan biarkan waktu menyembuhkanku, karena aku yang akan membutuhkannya untuk mengobati rasa sakit itu....


By the way, kalian pasangan yang serasi kok, kenapa tidak segera mencoba untuk saling merajut lagi?! :)


(LAGI-LAGI) SEMOGA-KALIAN-BAHAGIA


#16 Oktober 2010
 

18 Okt 2010

One response to Aku Biarkan Waktu

  1. Arjuna says:

    Nice,

    Time does not heal
    But healing takes time

    :: kusuka katakatanya,,:)

    salam kenal..,langit

Posting Komentar

My Friends

Blogger news

Diberdayakan oleh Blogger.